Minggu, 11 November 2012

Indianisasi dan Sansekertanisasi


INDIANISASI DAN SANKSEKERTANISASI DI INDONESIA
oleh:
Mia K.Hidayat, Yeni Fitriani, Yessy Hermawati
A.Pendahuluan
Indonesia berada di kawasan nusantara yang terletak di antara persilangan
strategis antara benua Asia dan Benua Australia, serta di antara samudera Hindia
dan samudera Pasifik. Dengan letak Indonesia yang srategis ini, sudah tentu
kebudayaannya banyak mendapat pengaruh dari budaya-budaya besar dari
kawasan lain yang berada di sekitar kepulauan Nusantara, seperti kebudayaan
India, Timur Tengah, Eropa dan Cina.
Kebudayaan yang pernah dominan dalam mempengaruhi kebudayaan
Nusantara adalah kebudayaan India.Pengaruh India diperkirakan mulai masuk di
Kepulauan Nusantara, setidaknya sejak awal abad Masehi. Hal tersebut terjadi
karena disebabkan oleh proses global yang didukung dengan perkembangan
teknologi transportasi pelayaran antar kawasan, serta digunakannya bahasa
serumpun yang menjadi lingua-franca (bahasa perantara) bagi komunikasi antar
komunitas di Kepulauan Nusantara.
Pengaruh masuknya budaya India (Indianisasi) banyak meninggalkan
jejak-jejak sejarah dan peninggalan kebudayaan yang berpengaruh pada
pekembangan budaya dan bahasa di Indonesia. Berikut akan dijelaskan tentang
Indianisasi dan Sansekertanisasi di Indonesia.
B. Indianisasi dan Sansekertanisasi di Indonesia
Indianisasi di Indonesia dimulai pada periode awal masehi dan
berlangsung lebih dari seribu tahun. Proses ini melibatkan sejumlah kecil orang
India dan terwujud dalam alih pengetahuan antara Asia Selatan (India Selatan)
dan Asia Tenggara, khususnya dalam bidang agama. Politik dan kesusastraaan.
Di negeri-negeri Nusantara, indianisasi dan pengaruhnya pada penduduk
asli dapat diamati sejak abad ke-4. Akan tetapi baru dengan prasasti-prasasti
pertama berbahasa Melayu Kuno (682-686), ketika kerajaan bahari itu sudah
berdiri sejak satu dasawarsa atau lebih, kita dapat mengukur dimensi
kebahasaannya, setidak-tidaknya di wilayah-wilayah penutur bahasa Melayu.
Kosakata dan indeks yang disusun oleh Coedes (1930) dan De Casparis (1956)
berdasarkan prasasti yang ditemukan di selatan Sumatera dan Jawa, cukup jelas
menunjukkan pengaruh bahasa sansekerta terhadap ragam tulisan yang dipakai di
Istana. Coedes mengamati ada 283 bentuk, 129 di antaranya berasal dari bahasa
sansekerta. De Casparis menyatakan ada 281 bentuk dan 140 kata bahasa
sansekerta. Di dalam daftar kedua peneliti tersebut, istilah-istilah sansekerta atau
keagamaan dalam arti luas, dan juga nilai serta sikap moral, perasaan dan lain-lain. Sementara itu, bentuk-bentuk asli Melayu terutama mencakup kata-kata
benda yang berasala dari kata umum (air ipuh “ipuh”, uram “orang”, ulu “kepala”,
dsb) dan meliputi sebagian besar bentuk yang termasuk dalam kategori gramatikal
lain: kata kerja (tmu “memperoleh”, datam”datang”, marvuat “berbuat”,dsb) atau
yang lain (inan “ini”, ka “ke”, kalivat “sudah”, kita “anda”, beragam kata enklitik)
Dalam bidang keagaamaan, sumbangan utama indianisasi
diperkenalkannya agama-agama besar India, yakni Hindu dan Budha yang dapat
kita telusuri sejak abad ke-4 di semenanjung Melayu dan abad ke-5 di Jawa dan
Borneo, dua abad kemudian Borneo menjadi pusat penyebaran agama Budha di
Asia Tenggara. Kemudian di Jawa agama Hindu dan Budha berkembang sangat
pesat juga terutama di Jawa bagian btengah dan barat. Sejak abad ke-4 Masehi
sampai sekarang masih dipertahankan oleh etnis Tengger di dataran tinggi Bromo.
Puncak kejayaan kedua agama tersebut ditandai dengan dibangunnya monumen-monumen keagamaan yang megah di poros kedua Prambanan (Jawa Tengah) pada
masa Mataram Kuno abad ke 8-10 Masehi. Di lembah sungai Berantas yang subur
(Jawa Timur) pada masa Mataram Kuno hingga Majapahit pada abad ke 11-15
Masehi, pembangunan monumen-monumen tersebut dapat terlaksana berkat
dukungan politi-politik yang bercorak agama Hindu dan Budha.
Menurut Widyadharma (1999) konsep makrokosmos diyakini masyrakat
Jawa kuno pada periode Hindu dan Budha pada abad ke 7-15 Masehi dan
diwujudkan pada berbagai wujud bangunan suci, penataan istamna, susunan
administrasi pemerintahan dan lain-lain. Konsep dasar bangunan candi yang ada
di pulau Jawa pun secara umum menyesuaikan dengan konsep makrokosmos
tersebut.
Saat kerajaan Mataram Kuno, Kediri, Singasari, dan Majapahit
diperkenalkannlah tilisan pallawa akibat pengaruh India dalam bidang
kesusastraan, yang kemuadian berkembang menjadi aksara Jawa Kuno.Selain itu
banyak pengetahuan yang berasal dari India yang diterjemahkan dalam bahasa
lokal, dimulai dari kitab Rhamayana dan kitan Budhis lainnya. Banyak kosa kata
sanksekerta yang diserap oleh Bahasa Jawa Kuno akibat kesulitan mencari
persamaan katanya tanpa merubah makna aslinya
Teori Brahman menyatakan dan meyakini bahwa agama Hindu dan Budha
dibawa langsung oleh pendeta dari India. Proses masuk dan berkembangnya
agama Hindu dan Budha ke Indonesia menimbulkan alkuturasi dengan
kebudayaan Indonesia.
Alkuturasi budaya tersebut dapat diketahui bahwa pendeta Budha
Tionghoa, I Jing, dalam perjalanan ke Nelanda (India), melewati Sriwijaya-Palembang pada tahun 671, di sana ia menyempurnakan kemampuan bahasa
Sansekertanya seelama enam bulan. Di kalangan cendikiawan kosmopolit yang
tinggal di Palembang lebih banyak menggunakan bahasa Sansekerta, besar
kemungkinan pemerkayaan kosakata bahasa Melayu Kuno yang dipakai dalam
percakapan dengan penduduk asli bersumberdari bahasa itu. Kosakata itu dipakai
untuk mengungkapkan konsep-konsep agama Budha yang sebelumnya tidak ada
dalam bahasa Melayu. Sebagai contoh, di prasasti-prasasti itu tercantum:
vodhicitta (“pemikiran bodhi”), vajracarira (“raga intan”), pranidhana
(“doa”),dsb.
Bahasa Melayu Kuno juga memunggut istilah-istilah yang bertalian
dengan agama Hindu dari bahasa Sansekerta (vrahmasvara “suara
Brahma”, dll.) demikian juga perhitungan penanggalan.
Nama-nama bulan dan hari: caitra (antara Maret-April), pancami (“hari
kelima”), siklus bulan: pratipada (hari pertama bulan baru), serta beberapa
adverba dan beberapa kata keterangan waktu.
Dalam bidang politik dan pemerintahan, indianisasi membawa kerangka
konsep yang untuk melakukan pengembangan sistem kepemimpinan tradisional
menuju pemerintahan yang kuat dan terorganisasi, yakni kerajaan-kerajaan
agraris yang terdapat di berbagai daerah di Asia Tenggara. Jenis negara-negara itu
sangat berbeda dari Sriwijaya yang merupakan kerajaan bahari dan prasasti-prasasti-prasasti yang ada hanya memberikan sepotong-sepotong, tentu saja itu
tidak memuaskanuntuk para sejarahwan bahasa yang tidak dapat melengkapi
pengetahuannya dengan sumber lain, namun demikian prasasti Telaga Batu
(Palembang,683) memeuat sejumlah istilah bidang pemerintahan yang
menunjukan pengaruh bahasa Sansekerta.
Gelar dan jabatan : rajaputra (“putraraja”), bhupati (“kepala”), senapati
(“jendral”), vaniaga (“pedagang”), dsb.
Penataan ruang dan wilayah pemerintahan : bhumi (“tanah, negara”), desa
(“negeri”, ”desa”), mandala (“kedaulatan yang membayar upeti”),
samaryyada (“pedalaman”), sthana (“tempat tinggal”), dsb.
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat
dilihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang
berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan
adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan
yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah
oleh seorang raja secara turun temurun. Pemerintahan raja di Indonesia ada
yang bersifat mutlak dan turun temurun seperti India dan ada juga yang
menerapkan prinsip musyawarah.
Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai
putra mahkota yaitu seperti yang terjadi pada masa berlangsungnya
kerajaan Majapahit, dalam hal pengangkatan Wikramawardana. Wujud
akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat
dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat
berdasarkan sistem kasta.
C. Simpulan
India adalah salah satu negara yang banyak memmpengaruhi
perkembangan budaya di Indonesia. Indianisasi di Indonesia fenomenanya telah
terlihat sejak abad ke-4 Masehi.
Indianisasi menimbulkan alkuturasi budaya yang mempengaruhi berbagai
hal diantaranya agama,politik,pemerintahan dan bahasa. Dalam prosesnya bahasa
Sansekerta banyak mempengaruhi sejarah bahasa di Indonesia baik dalam
munculnya bahasa daerah dan bahasa Melayu Kuno.


D. Daftar Pustaka
Collins, JT.2011. Bahasa Melayu Bahasa Dunia.Jakarta:Buku Obor
Samoel,Jarome.2008. Kasus Ajaib Bahasa Indonesia? Pemodernan
kosakata dan Politik Peristilahan. Jakarta: Gramedia
Whdyadharma,Pandita S.1999.Intisari Agama Budha.Jakarta:Cetiya Vatthu
Daya
www.agamadarma.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar