INDIANISASI
DAN SANKSEKERTANISASI DI INDONESIA
oleh:
Mia
K.Hidayat, Yeni Fitriani, Yessy Hermawati
A.Pendahuluan
Indonesia
berada di kawasan nusantara yang terletak di antara persilangan
strategis
antara benua Asia dan Benua Australia, serta di antara samudera Hindia
dan
samudera Pasifik. Dengan letak Indonesia yang srategis ini, sudah tentu
kebudayaannya
banyak mendapat pengaruh dari budaya-budaya besar dari
kawasan
lain yang berada di sekitar kepulauan Nusantara, seperti kebudayaan
India,
Timur Tengah, Eropa dan Cina.
Kebudayaan
yang pernah dominan dalam mempengaruhi kebudayaan
Nusantara
adalah kebudayaan India.Pengaruh India diperkirakan mulai masuk di
Kepulauan
Nusantara, setidaknya sejak awal abad Masehi. Hal tersebut terjadi
karena
disebabkan oleh proses global yang didukung dengan perkembangan
teknologi
transportasi pelayaran antar kawasan, serta digunakannya bahasa
serumpun
yang menjadi lingua-franca (bahasa perantara) bagi komunikasi antar
komunitas
di Kepulauan Nusantara.
Pengaruh
masuknya budaya India (Indianisasi) banyak meninggalkan
jejak-jejak
sejarah dan peninggalan kebudayaan yang berpengaruh pada
pekembangan
budaya dan bahasa di Indonesia. Berikut akan dijelaskan tentang
Indianisasi
dan Sansekertanisasi di Indonesia.
B.
Indianisasi dan Sansekertanisasi di Indonesia
Indianisasi
di Indonesia dimulai pada periode awal masehi dan
berlangsung
lebih dari seribu tahun. Proses ini melibatkan sejumlah kecil orang
India
dan terwujud dalam alih pengetahuan antara Asia Selatan (India Selatan)
dan
Asia Tenggara, khususnya dalam bidang agama. Politik dan kesusastraaan.
Di
negeri-negeri Nusantara, indianisasi dan pengaruhnya pada penduduk
asli
dapat diamati sejak abad ke-4. Akan tetapi baru dengan prasasti-prasasti
pertama
berbahasa Melayu Kuno (682-686), ketika kerajaan bahari itu sudah
berdiri
sejak satu dasawarsa atau lebih, kita dapat mengukur dimensi
kebahasaannya,
setidak-tidaknya di wilayah-wilayah penutur bahasa Melayu.
Kosakata
dan indeks yang disusun oleh Coedes (1930) dan De Casparis (1956)
berdasarkan
prasasti yang ditemukan di selatan Sumatera dan Jawa, cukup jelas
menunjukkan
pengaruh bahasa sansekerta terhadap ragam tulisan yang dipakai di
Istana.
Coedes mengamati ada 283 bentuk, 129 di antaranya berasal dari bahasa
sansekerta.
De Casparis menyatakan ada 281 bentuk dan 140 kata bahasa
sansekerta.
Di dalam daftar kedua peneliti tersebut, istilah-istilah sansekerta atau
keagamaan
dalam arti luas, dan juga nilai serta sikap moral, perasaan dan lain-lain.
Sementara itu, bentuk-bentuk asli Melayu terutama mencakup kata-kata
benda
yang berasala dari kata umum (air ipuh “ipuh”, uram “orang”, ulu “kepala”,
dsb)
dan meliputi sebagian besar bentuk yang termasuk dalam kategori gramatikal
lain:
kata kerja (tmu “memperoleh”, datam”datang”, marvuat “berbuat”,dsb) atau
yang
lain (inan “ini”, ka “ke”, kalivat “sudah”, kita “anda”, beragam kata enklitik)
Dalam
bidang keagaamaan, sumbangan utama indianisasi
diperkenalkannya
agama-agama besar India, yakni Hindu dan Budha yang dapat
kita
telusuri sejak abad ke-4 di semenanjung Melayu dan abad ke-5 di Jawa dan
Borneo,
dua abad kemudian Borneo menjadi pusat penyebaran agama Budha di
Asia
Tenggara. Kemudian di Jawa agama Hindu dan Budha berkembang sangat
pesat
juga terutama di Jawa bagian btengah dan barat. Sejak abad ke-4 Masehi
sampai
sekarang masih dipertahankan oleh etnis Tengger di dataran tinggi Bromo.
Puncak
kejayaan kedua agama tersebut ditandai dengan dibangunnya monumen-monumen
keagamaan yang megah di poros kedua Prambanan (Jawa Tengah) pada
masa
Mataram Kuno abad ke 8-10 Masehi. Di lembah sungai Berantas yang subur
(Jawa
Timur) pada masa Mataram Kuno hingga Majapahit pada abad ke 11-15
Masehi,
pembangunan monumen-monumen tersebut dapat terlaksana berkat
dukungan
politi-politik yang bercorak agama Hindu dan Budha.
Menurut
Widyadharma (1999) konsep makrokosmos diyakini masyrakat
Jawa
kuno pada periode Hindu dan Budha pada abad ke 7-15 Masehi dan
diwujudkan
pada berbagai wujud bangunan suci, penataan istamna, susunan
administrasi
pemerintahan dan lain-lain. Konsep dasar bangunan candi yang ada
di
pulau Jawa pun secara umum menyesuaikan dengan konsep makrokosmos
tersebut.
Saat
kerajaan Mataram Kuno, Kediri, Singasari, dan Majapahit
diperkenalkannlah
tilisan pallawa akibat pengaruh India dalam bidang
kesusastraan,
yang kemuadian berkembang menjadi aksara Jawa Kuno.Selain itu
banyak
pengetahuan yang berasal dari India yang diterjemahkan dalam bahasa
lokal,
dimulai dari kitab Rhamayana dan kitan Budhis lainnya. Banyak kosa kata
sanksekerta
yang diserap oleh Bahasa Jawa Kuno akibat kesulitan mencari
persamaan
katanya tanpa merubah makna aslinya
Teori
Brahman menyatakan dan meyakini bahwa agama Hindu dan Budha
dibawa
langsung oleh pendeta dari India. Proses masuk dan berkembangnya
agama
Hindu dan Budha ke Indonesia menimbulkan alkuturasi dengan
kebudayaan
Indonesia.
Alkuturasi
budaya tersebut dapat diketahui bahwa pendeta Budha
Tionghoa,
I Jing, dalam perjalanan ke Nelanda (India), melewati Sriwijaya-Palembang pada
tahun 671, di sana ia menyempurnakan kemampuan bahasa
Sansekertanya
seelama enam bulan. Di kalangan cendikiawan kosmopolit yang
tinggal
di Palembang lebih banyak menggunakan bahasa Sansekerta, besar
kemungkinan
pemerkayaan kosakata bahasa Melayu Kuno yang dipakai dalam
percakapan
dengan penduduk asli bersumberdari bahasa itu. Kosakata itu dipakai
untuk
mengungkapkan konsep-konsep agama Budha yang sebelumnya tidak ada
dalam
bahasa Melayu. Sebagai contoh, di prasasti-prasasti itu tercantum:
➔ vodhicitta (“pemikiran bodhi”), vajracarira (“raga
intan”), pranidhana
(“doa”),dsb.
Bahasa
Melayu Kuno juga memunggut istilah-istilah yang bertalian
dengan
agama Hindu dari bahasa Sansekerta (vrahmasvara “suara
Brahma”,
dll.) demikian juga perhitungan penanggalan.
➔ Nama-nama bulan dan hari: caitra (antara
Maret-April), pancami (“hari
kelima”),
siklus bulan: pratipada (hari pertama bulan baru), serta beberapa
adverba
dan beberapa kata keterangan waktu.
Dalam
bidang politik dan pemerintahan, indianisasi membawa kerangka
konsep
yang untuk melakukan pengembangan sistem kepemimpinan tradisional
menuju
pemerintahan yang kuat dan terorganisasi, yakni kerajaan-kerajaan
agraris
yang terdapat di berbagai daerah di Asia Tenggara. Jenis negara-negara itu
sangat
berbeda dari Sriwijaya yang merupakan kerajaan bahari dan
prasasti-prasasti-prasasti yang ada hanya memberikan sepotong-sepotong, tentu
saja itu
tidak
memuaskanuntuk para sejarahwan bahasa yang tidak dapat melengkapi
pengetahuannya
dengan sumber lain, namun demikian prasasti Telaga Batu
(Palembang,683)
memeuat sejumlah istilah bidang pemerintahan yang
menunjukan
pengaruh bahasa Sansekerta.
➔ Gelar dan jabatan : rajaputra (“putraraja”),
bhupati (“kepala”), senapati
(“jendral”),
vaniaga (“pedagang”), dsb.
➔ Penataan ruang dan wilayah pemerintahan : bhumi
(“tanah, negara”), desa
(“negeri”,
”desa”), mandala (“kedaulatan yang membayar upeti”),
samaryyada
(“pedalaman”), sthana (“tempat tinggal”), dsb.
Wujud
akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat
dilihat
dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang
berkembang
di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan
adanya
pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan
yang
berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah
oleh
seorang raja secara turun temurun. Pemerintahan raja di Indonesia ada
yang
bersifat mutlak dan turun temurun seperti India dan ada juga yang
menerapkan
prinsip musyawarah.
Prinsip
musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai
putra
mahkota yaitu seperti yang terjadi pada masa berlangsungnya
kerajaan
Majapahit, dalam hal pengangkatan Wikramawardana. Wujud
akulturasi
di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat
dalam
sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat
berdasarkan
sistem kasta.
C.
Simpulan
India
adalah salah satu negara yang banyak memmpengaruhi
perkembangan
budaya di Indonesia. Indianisasi di Indonesia fenomenanya telah
terlihat
sejak abad ke-4 Masehi.
Indianisasi
menimbulkan alkuturasi budaya yang mempengaruhi berbagai
hal
diantaranya agama,politik,pemerintahan dan bahasa. Dalam prosesnya bahasa
Sansekerta
banyak mempengaruhi sejarah bahasa di Indonesia baik dalam
munculnya
bahasa daerah dan bahasa Melayu Kuno.
D.
Daftar Pustaka
Collins,
JT.2011. Bahasa Melayu Bahasa Dunia.Jakarta:Buku Obor
Samoel,Jarome.2008.
Kasus Ajaib Bahasa Indonesia? Pemodernan
kosakata
dan Politik Peristilahan. Jakarta: Gramedia
Whdyadharma,Pandita
S.1999.Intisari Agama Budha.Jakarta:Cetiya Vatthu
Daya
www.agamadarma.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar