1.
PENDAHULUAN
Banyak
orang berpendapat bahwa penguasaan bahasa itu terjadi secara otomatis. Pendapat
itu muncul karena ada perasaan yang menganggap bahwa manusia itu selalu berbahasa,
baik membicarakan suatu hal, mengingat atau merasakan.
Bahasa dimiliki oleh manusia adalah
suatu hal yang wajar. Karena suatu hal yang wajar, ditemukan dan dipakai dalam
keseharian, seolah tidak perlu mendapatkan perhatian. Padahal, tapa bahasa itu
,orang tidak dapat menjawab pertanyaan. Benarkah demikian ? Dalam kehidupan
ini, bahasa merupakan alat komunikasi yang utama. Tidak ada sesuatu pun yang
disampaikan, dikembangkan, dan diuraikan tanpa menggunakan bahasa.
Bahasa yang menjadi dasar segala
kegiatan manusia tentulah harus dipelajari, diselediki, dan dimengerti. Bila
dasar berdiri kuat, segala kegiatan di atas menjadi jelas dan baik.Karena
itulah, bahasa dijadikan sebuah objek (dipelajari dan diselediki).
Masyarakat
yang sedang berkembang pada segala bidang kehidupannya seperti pilitik,
ekonomi, social, dan budaya biasanya akan diikuti pula oleh perkembangan
bahasanya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi junga mengakibatkan
perkembangan bahasa. Hal tersebut menunjukan, makin maju suatu bangsa serta
makin modern kehidupannya, makin berkembang pula bahasanya. Perkembangan bahasa
harus sejalan dan seiring dengan kemajuan kebudayaan serta peradaban bangsa
sebagai pemilik dan pemakai bahasa tersebut (Badudu, 1993)
Agar kata yang digunakan baik,
tepat, dan benar, perlu diperhatikan mengenai afiks dan kelas kata. Afiks dan
kelas kata dalam bahasa Indonesia mempunyai peranan dalam pembentukan suatu
kalimat. Dalam bahasa Indonesia, imbuhan (awalan, akhiran, dan komfiks) sangat
penting karena sangat menentukan makna gramatikal suatu kata (Badudu, 1995). Jika imbuhan-imbuhan
tersebut ditambahkan pada morfem lain, akan mengubah makna atau fungsi
gramatikal suatu kata (Clark, 1981)
2. KONSEP TEORI
Afik
atau imbuhan adalah satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila
ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks
tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata
dasar.Istilah afiks termasuk prefiks, infiks, sufiks, konfiks.
Kelompok
kami menganalisis teori afiks berdasarkan maknanya. Di sini kami mengambil dua
sumber yaitu buku Morfologi Suatu
Tinjauan Deskriptif oleh Prof. Drs. M. Ramlan dan buku Kajian Morfologi (Bentuk
Derivasional dan Infleksional) oleh Prof. Dr. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd.
1. Menurut
Prof. Drs. M. Ramlan
a. Afiks
se- mempunyai makna sebagai berikut:
1. Menyatakan
makna ‘satu’, contoh pada kata serombongan yang berarti satu rombongan.
2. Menyatakan
makna ‘seluruh’, contoh pada kata se-Indonesia yang berarti seluruh Indonesia.
3. Menyatakan
makna ‘sama’, contoh pada kata serumah yang berarti sama dengan rumah; seperti
rumah.
4. Menyatakan
makna ‘setelah’, contoh pada kata sesampainya yang berarti setelah ia sampai.
b. Afiks
ke- hanya mempunyai dua makna yaitu:
1. Menyatakan
kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya:
Kedua (orang) : ‘kumpulan yang terdiri dari dua orang’
Keempat (pasang) :
‘kumpulan yang terdiri dari empat pasang’
2. Menyatakan
urutan, misalnya: (pegawai) kedua, (rumah) kedelapan.
c. Afiks
para- hanya memiliki satu makna yaitu makna ‘banyak’, misalnya: para pemuda
yang berarti pemuda-pemuda, para dokter yang berarti dokter-dokter
d. Afiks
maha- pada umumnya Menyatakan makna ‘sangat’ atau ‘sifat yang lebih daripada
sifat makhluk’. Contohnya Maha Pengasih, Maha Kuasa.
Selain itu, ada juga
afiks maha- yang terdapat pada kata nominal ialah pada kata mahasiswa,
mahadewi, dan maharaja. Ketiga contoh tersebut pada umumnya Menyatakan makna
‘besar’ atau ‘tertinggi’.
e. Afiks
–kan mempunyai beberapa makna, yang dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Menyatakan
makna ‘benefaktif’, maksudnya perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar di
lakukan untuk orang lain. Misalnya: membacakan, membelikan.
2. Menyatakan
makna ‘kausatif’, makna ini di golongkan menjadi empat yaitu:
2.a
Menyebabkan (…) melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya: mendudukkan : ‘menyebabkan (…)
duduk’
2.b
Menyebabkan (…) menjadi seperti yang tersebut pada bentuk dasar. Makna ini
timbul sebagai akibat pertemuan afiks –kan dengan bentuk dasar yang berupa kata
sifat. Misalnya : meluaskan : ‘menyebabkan (…) jadi luas’
Menguruskan
: ‘menyebabkan (…) jadi kurus’
2.c
Menyebabkan (…) jadi atau menganggap (…) sebagai apa yang tersebut bentuk
dasar. Misalnya : mendewakan : ‘menganggap (…) sebagai dewa’
Menganaktirikan : ‘menganggap (…) sebagai anak
tiri’
2.d
Membawa atau memasukkan (…) ke tempat yang tersebut pada bentuk dasar.
Misalnya: memenjarakan : ‘memasukkan (…) ke penjara’
Menyeberangkan :
‘membawa (…) ke seberang’
f. Afiks
–i mempunyai beberapa makna, yang dapat di golongkan sebagai berikut
1. Menyatakan
bahwa ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar itu di lakukan
berulang-ulang’. Misalnya: mengambili : ‘berulang-ulang mengambil’
2. Menyatakan
makna ‘memberi apa yang tersebut pada bentuk dasar….’. misalnya: menggarami
(sayur) : ‘memberi garam pada (sayur)’
3. Objeknya
Menyatakan ‘tempat’, misalnya: menulisi : ‘menulis di…’
4. Menyatakan
makna ‘kausatif’, misalnya: mengotori, memanasi, memerahi, membasahi.
g. Afiks
–an mempunyai makna sebagai berikut
1. Menyatakan
‘sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’,
misalnya : timbangan : ‘alat untuk menimbang’, ‘hasil menimbang’.
2. Menyatakan
makna ‘tiap-tiap’ misalnya : (majalah) bulanan : ‘(majalah) yang terbit
tiap-tiap bulan’
3. Menyatakan
makna ‘satuan’. Misalnya : kain itu di jual meteran
4. Menyatakan
makna ;beberapa’. Misalnya : ratusan binatang ternak mati terserang penyakit
5. Menyatakan
makna ‘sekitar’. Misalnya : tahun 60-an
2.
Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd.
a.
Afiks se- mepunyai makna:
1.
Menyatakan ‘satu’. Misalnya : serombongan, sebuah, sebuah, sehari, semalam.
2.
Menyatakan ‘seluruh’. Misalnya : sedunia, sekampung, sekota.
3.
Menyatakan makna ‘sama’. Misalnya :
sepohon kelapa : sama dengan pohon kelapa
tinggi rumahnya sepohon kelapa : tinggi
rumahnya sama dengan pohon kelapa
4.Menyatakan makna
‘setelah’. Misalnya :
Sesampainya
: setelah ia sampai
Setibamu
: setelah kamu tiba
Sepulangku
: setelah aku pulang
b.
Afiks ke- mempunyai dua makna yaitu ;
1.
Menyatakan ‘kumpulan’. Misalnya: kedua (orang): kumpulan yang terdiri atas dua
orang
2.
Menyatakan ‘urutan’. Misalnya : ia menduduki ranking kedua
c.
Prefiks maha- di golongkan pada prefiks serapan yang mempunyai makna ‘besar’.
Misalnya : mahasiswa, maharaja, mahadewa
d.
Sufiks –kan mempunyai makna sebagai berikut
1.
Menyatakan ‘kausatif’ (membuat, menyebabkan sesuatu, menjadikan sesuatu).
Misalnya : menerbangkan, melemparkan, menyeberangkan, membukukan.
2.
Suatu variasi dari arti kausatif adalah menggunakan sebagai alat atau membuat
dengan. Misalnya : menikamkan tombak, memukulkan tongkat.
3.
Menyatakan benefaktif atau membuat untuk orang lain. Misalnya : membelikan :
membeli untuk
4.
Adapula sufiks –kan yang sebenarnya merupakan ringkasan dari tugas akan Misalnya : mengharapkan : mengharap
akan
e. Sufiks –i Menyatakan bahwa :
1. Objek dari kata
kerja menunjukan suatu tempat atau arah berlangsungnya suatu peristiwa.
Misalnya : kami menanyai mereka
2. Menyatakan intensitas, pekerjaan yang di
langsungkan berulang-ulang. Misalnya:
tentara itu menembaki
benteng musuh
3. terkadang timbul
arti yang berlawanan dengan arti pertama pada sufiks –i. Misalnya : saya
membului ayam : mencabut bulu ayam
f. Sufiks –an mempunyai makna sebagai berikut:
1. Menyatakan tempat : kubangan, pangkalan, labuhan
2. Menyatakan kumpulan atau seluruh : lautan,
daratan, kotoran
3. Menyatakan alat : kurungan, timbangan, pikulan
4. Menyatakan hal atau cara: didikan (hal mendidik
atau cara mendidik), pimpinan
5. Akibat atau hasil perbuatan: buatan, hukuman,
balasan, karangan
6. Sesuatu yang di… atau sesuatu yang
telah…: larangan, pantangan, makanan,
tumbuhan
7. Menyerupai atau tiruan dari: anak-anakan, kuda-kudaan
8.Ttiap-tiap: harian, mingguan, bulanan
9. Sesuatu yang mempunyai sifat sebagai yang disebut
pada kata dasar: manisan,
asinan
10. Menyatakan
intensitas: besaran, kecilan (mengenai kuantitas), buah-buahan, sayur-sayuran,
tumbuh-tumbuhan (mengenai kualitas).
3.
KAJIAN
DATA
Dari kedua buku yang telah kita
analisis, bias diperoleh kelebihan dan kekurangan dari masing-masing penulis.
Bisa kita ketahui sebagai berikut :
Secara
keseluruhan kajian afiks menurut Prof. Drs. M. Ramlan dan Prof. Dr. Ida Bagus
Putrayasa, M.Pd. mempunyai sedikit kesamaan dari segi maknanya, misalnya pada
afiks se- Prof. Drs. M. Ramlan dikatakan bahwa afiks se- mempunyai makna satu,
seluruh, sama, dan setelah. Dipaparkan dalam bukunya yang berjudul Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif beserta
contoh-contohnya (Halaman 135-138) begitu juga dengan Prof. Dr. Ida Bagus
Putrayasa, M.Pd. dalam bukunya yang berjudul Kajian Morfologi (Bentuk
Derivasional dan Infleksional) (Halaman 23). Tetapi dalam pembahasan afiks
kan- Prof. Drs. M. Ramlan mengambil satu contoh kata ‘singkat’ dan digolongkan
ke dalam kata sifat. Permasalahannya di sini, apakah kata singkat termasuk ke
dalam kata sifat ?
Untuk
menjawab pertanyaan di atas kami mencoba menelusuri kata ‘singkat’ dalam KBBI,
di sana di jelaskan bahwa kata ‘singkat’ yang berarti pendek (tentang umur,
waktu dsb). Jadi kata ‘singkat’ tidak hanya tergolong ke dalam kata sifat,
tetapi biasa juga dipergunakan untuk menentukan usia seseorang dan menyatakan
keterangan waktu (KBBI v1.1http://ebsoft.web.id)
Selain itu Prof. Drs. M. Ramlan
membagi makna afiks kan- ke dalam empat kelompok, salah satunya yang mempunyai
arti menyebabkan. Dalam salah satu contohnya beliau mengambil kata
‘menguruskan’ yang mempunyai kata dasar ‘kurus’. Kami tidak setuju dengan
contoh yang satu ini, karena setelah kami telusuri di KBBI kata menguruskan
mempunyai kata dasar ‘urus’ yang berati merawat. Dari sana bisa dibedakan,
bahwa pada awal dijelaskan kata tersebut bermakna kata sifat tetapi tidak berlaku
untuk kata ‘menguruskan’ (Halaman 145-146)
Dalam
segi pembagiannya Prof. Dr. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd. membagi prefiks ke dalam
dua golongan yaitu:
1. Prefiks
asli bahasa Indonesia
a. Prefiks
meN-
b. Prefiks
peN-
c. Prefiks
ber-
d. Prefiks
ter- dan di-
e. Prefiks
per-
f. Prefiks
ke-
g. Prefiks
se-
2. Prefiks
serapan
a. Pra : ‘yang mendahului’ atau ‘sebelumnya’
b. Tuna : ‘tidak sempurna’ atau ‘kurang’
c. Pramu
: ‘petugas’ analoginya dari ‘pramugarai’
d. Maha : ‘besar’
e. Non : ‘tidak’
f. Swa : ‘sendiri’
Di sini yang
jadi permasalahan, mengapa afiks Para- tidak dicantumkan ke dalam prefiks
serapan ? Sedangkan maknanya sendiri
mempunyai arti yang sama dari kedua penulis ini, Maha- berarti ‘besar’.
Sedangkan menurut Prof. Drs. M. Ramlan afiks Para- selalu melekat pada bentuk
dasar yang termasuk golongan kata nominal insani. Maknanya hanya satu, ialah
menyatakan makna ‘banyak’. Pada afiks Maha- umumnya terdapat pada kata-kata
yang menyatakan sifat Alloh (Halaman 140)
4.
KESIMPULAN
Ragam
pembentukan bahasa Indonesia sangat banyak, seperti dari proses pembubuhan afiks yang dapat
memberikan makna baru dari kata dasar. Begitupun dari hasil analisis kelompok
kami bisa disimpulkan bahwa secara keseluruhan, kedua penulis mempunyai
kesamaan dalam penyajian afiks dan maknanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ramlan, M. (1987). Morfologi Suatu Tinjuan Deskriptif.
Yogyakarta: CV. Karyono.
Putrayasa, Ida Bagus.(2008). Kajian
Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: Refika Aditama.