Kamis, 06 Desember 2012

Kajian Morfologi



1.      PENDAHULUAN
Banyak orang berpendapat bahwa penguasaan bahasa itu terjadi secara otomatis. Pendapat itu muncul karena ada perasaan yang menganggap bahwa manusia itu selalu berbahasa, baik membicarakan suatu hal, mengingat atau merasakan.
            Bahasa dimiliki oleh manusia adalah suatu hal yang wajar. Karena suatu hal yang wajar, ditemukan dan dipakai dalam keseharian, seolah tidak perlu mendapatkan perhatian. Padahal, tapa bahasa itu ,orang tidak dapat menjawab pertanyaan. Benarkah demikian ? Dalam kehidupan ini, bahasa merupakan alat komunikasi yang utama. Tidak ada sesuatu pun yang disampaikan, dikembangkan, dan diuraikan tanpa menggunakan bahasa.
            Bahasa yang menjadi dasar segala kegiatan manusia tentulah harus dipelajari, diselediki, dan dimengerti. Bila dasar berdiri kuat, segala kegiatan di atas menjadi jelas dan baik.Karena itulah, bahasa dijadikan sebuah objek (dipelajari dan diselediki).
Masyarakat yang sedang berkembang pada segala bidang kehidupannya seperti pilitik, ekonomi, social, dan budaya biasanya akan diikuti pula oleh perkembangan bahasanya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi junga mengakibatkan perkembangan bahasa. Hal tersebut menunjukan, makin maju suatu bangsa serta makin modern kehidupannya, makin berkembang pula bahasanya. Perkembangan bahasa harus sejalan dan seiring dengan kemajuan kebudayaan serta peradaban bangsa sebagai pemilik dan pemakai bahasa tersebut (Badudu, 1993)
            Agar kata yang digunakan baik, tepat, dan benar, perlu diperhatikan mengenai afiks dan kelas kata. Afiks dan kelas kata dalam bahasa Indonesia mempunyai peranan dalam pembentukan suatu kalimat. Dalam bahasa Indonesia, imbuhan (awalan, akhiran, dan komfiks) sangat penting karena sangat menentukan makna gramatikal suatu kata (Badudu, 1995). Jika imbuhan-imbuhan tersebut ditambahkan pada morfem lain, akan mengubah makna atau fungsi gramatikal suatu kata (Clark, 1981)



2. KONSEP TEORI
Afik atau imbuhan adalah satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar.Istilah afiks termasuk prefiks, infiks, sufiks, konfiks.
Kelompok kami menganalisis teori afiks berdasarkan maknanya. Di sini kami mengambil dua sumber yaitu buku Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif oleh Prof. Drs. M. Ramlan dan buku Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional) oleh Prof. Dr. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd.
1.      Menurut Prof. Drs. M. Ramlan
a.       Afiks se- mempunyai makna sebagai berikut:
1.      Menyatakan makna ‘satu’, contoh pada kata serombongan yang berarti satu rombongan.
2.      Menyatakan makna ‘seluruh’, contoh pada kata se-Indonesia yang berarti seluruh Indonesia.
3.      Menyatakan makna ‘sama’, contoh pada kata serumah yang berarti sama dengan rumah; seperti rumah.
4.      Menyatakan makna ‘setelah’, contoh pada kata sesampainya yang berarti setelah ia sampai.

b.      Afiks ke- hanya mempunyai dua makna yaitu:
1.      Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya: Kedua (orang) : ‘kumpulan yang terdiri dari dua orang’
Keempat (pasang) : ‘kumpulan yang terdiri dari empat pasang’
2.      Menyatakan urutan, misalnya: (pegawai) kedua, (rumah) kedelapan.
c.       Afiks para- hanya memiliki satu makna yaitu makna ‘banyak’, misalnya: para pemuda yang berarti pemuda-pemuda, para dokter yang berarti dokter-dokter
d.      Afiks maha- pada umumnya Menyatakan makna ‘sangat’ atau ‘sifat yang lebih daripada sifat makhluk’. Contohnya Maha Pengasih, Maha Kuasa.
Selain itu, ada juga afiks maha- yang terdapat pada kata nominal ialah pada kata mahasiswa, mahadewi, dan maharaja. Ketiga contoh tersebut pada umumnya Menyatakan makna ‘besar’ atau ‘tertinggi’.
e.       Afiks –kan mempunyai beberapa makna, yang dapat digolongkan sebagai berikut:
1.      Menyatakan makna ‘benefaktif’, maksudnya perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar di lakukan untuk orang lain. Misalnya: membacakan, membelikan.
2.      Menyatakan makna ‘kausatif’, makna ini di golongkan menjadi empat yaitu:
2.a Menyebabkan (…) melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar.  Misalnya: mendudukkan : ‘menyebabkan (…) duduk’
2.b Menyebabkan (…) menjadi seperti yang tersebut pada bentuk dasar. Makna ini timbul sebagai akibat pertemuan afiks –kan dengan bentuk dasar yang berupa kata sifat. Misalnya : meluaskan : ‘menyebabkan (…) jadi luas’
Menguruskan : ‘menyebabkan (…) jadi kurus’
2.c Menyebabkan (…) jadi atau menganggap (…) sebagai apa yang tersebut bentuk dasar. Misalnya : mendewakan : ‘menganggap (…) sebagai dewa’
 Menganaktirikan : ‘menganggap (…) sebagai anak tiri’
2.d Membawa atau memasukkan (…) ke tempat yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya: memenjarakan : ‘memasukkan (…) ke penjara’
Menyeberangkan : ‘membawa (…) ke seberang’
f.       Afiks –i mempunyai beberapa makna, yang dapat di golongkan sebagai berikut
1.      Menyatakan bahwa ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar itu di lakukan berulang-ulang’. Misalnya: mengambili : ‘berulang-ulang mengambil’
2.      Menyatakan makna ‘memberi apa yang tersebut pada bentuk dasar….’. misalnya: menggarami (sayur) : ‘memberi garam pada (sayur)’
3.      Objeknya Menyatakan ‘tempat’, misalnya: menulisi : ‘menulis di…’
4.      Menyatakan makna ‘kausatif’, misalnya: mengotori, memanasi, memerahi, membasahi.
g.      Afiks –an mempunyai makna sebagai berikut
1.      Menyatakan ‘sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya : timbangan : ‘alat untuk menimbang’, ‘hasil menimbang’.
2.      Menyatakan makna ‘tiap-tiap’ misalnya : (majalah) bulanan : ‘(majalah) yang terbit tiap-tiap bulan’
3.      Menyatakan makna ‘satuan’. Misalnya : kain itu di jual meteran
4.      Menyatakan makna ;beberapa’. Misalnya : ratusan binatang ternak mati terserang penyakit
5.      Menyatakan makna ‘sekitar’. Misalnya : tahun 60-an

2. Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd.
a. Afiks se- mepunyai makna:
1. Menyatakan ‘satu’. Misalnya : serombongan, sebuah, sebuah, sehari, semalam.
2. Menyatakan ‘seluruh’. Misalnya : sedunia, sekampung, sekota.
3. Menyatakan makna ‘sama’. Misalnya :
    sepohon kelapa : sama dengan pohon kelapa
    tinggi rumahnya sepohon kelapa : tinggi rumahnya sama dengan pohon kelapa
4.Menyatakan makna ‘setelah’. Misalnya :
Sesampainya : setelah ia sampai
Setibamu : setelah kamu tiba
Sepulangku : setelah aku pulang
b. Afiks ke- mempunyai dua makna yaitu ;
1. Menyatakan ‘kumpulan’. Misalnya: kedua (orang): kumpulan yang terdiri atas dua orang
2. Menyatakan ‘urutan’. Misalnya : ia menduduki ranking kedua
c. Prefiks maha- di golongkan pada prefiks serapan yang mempunyai makna ‘besar’. Misalnya : mahasiswa, maharaja, mahadewa
d. Sufiks –kan mempunyai makna sebagai berikut
1. Menyatakan ‘kausatif’ (membuat, menyebabkan sesuatu, menjadikan sesuatu). Misalnya : menerbangkan, melemparkan, menyeberangkan, membukukan.
2. Suatu variasi dari arti kausatif adalah menggunakan sebagai alat atau membuat dengan. Misalnya : menikamkan tombak, memukulkan tongkat.
3. Menyatakan benefaktif atau membuat untuk orang lain. Misalnya : membelikan : membeli untuk
4. Adapula sufiks –kan yang sebenarnya merupakan ringkasan dari tugas akan  Misalnya : mengharapkan : mengharap akan
e. Sufiks –i Menyatakan bahwa :
1. Objek dari kata kerja menunjukan suatu tempat atau arah berlangsungnya suatu peristiwa. Misalnya : kami menanyai mereka
2. Menyatakan intensitas, pekerjaan yang di langsungkan berulang-ulang. Misalnya:
tentara itu menembaki benteng musuh
3. terkadang timbul arti yang berlawanan dengan arti pertama pada sufiks –i. Misalnya : saya membului ayam  : mencabut bulu ayam
f. Sufiks –an mempunyai makna sebagai berikut:
1. Menyatakan tempat : kubangan, pangkalan, labuhan
2. Menyatakan kumpulan atau seluruh : lautan, daratan, kotoran
3. Menyatakan alat : kurungan, timbangan, pikulan
4. Menyatakan hal atau cara: didikan (hal mendidik atau cara mendidik), pimpinan
5. Akibat atau hasil perbuatan: buatan, hukuman, balasan, karangan
6. Sesuatu yang di… atau sesuatu yang telah…: larangan, pantangan, makanan,
tumbuhan
7. Menyerupai atau tiruan dari: anak-anakan, kuda-kudaan
8.Ttiap-tiap: harian, mingguan, bulanan
9. Sesuatu yang mempunyai sifat sebagai yang disebut pada kata dasar: manisan,
asinan
10. Menyatakan intensitas: besaran, kecilan (mengenai kuantitas), buah-buahan, sayur-sayuran, tumbuh-tumbuhan (mengenai kualitas).

3.                  KAJIAN DATA
        Dari kedua buku yang telah kita analisis, bias diperoleh kelebihan dan kekurangan dari masing-masing penulis. Bisa kita ketahui sebagai berikut :
Secara keseluruhan kajian afiks menurut Prof. Drs. M. Ramlan dan Prof. Dr. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd. mempunyai sedikit kesamaan dari segi maknanya, misalnya pada afiks se- Prof. Drs. M. Ramlan dikatakan bahwa afiks se- mempunyai makna satu, seluruh, sama, dan setelah. Dipaparkan dalam bukunya yang berjudul Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif beserta contoh-contohnya (Halaman 135-138) begitu juga dengan Prof. Dr. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd. dalam bukunya yang berjudul Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional) (Halaman 23). Tetapi dalam pembahasan afiks kan- Prof. Drs. M. Ramlan mengambil satu contoh kata ‘singkat’ dan digolongkan ke dalam kata sifat. Permasalahannya di sini, apakah kata singkat termasuk ke dalam kata sifat ?
Untuk menjawab pertanyaan di atas kami mencoba menelusuri kata ‘singkat’ dalam KBBI, di sana di jelaskan bahwa kata ‘singkat’ yang berarti pendek (tentang umur, waktu dsb). Jadi kata ‘singkat’ tidak hanya tergolong ke dalam kata sifat, tetapi biasa juga dipergunakan untuk menentukan usia seseorang dan menyatakan keterangan waktu (KBBI v1.1http://ebsoft.web.id)
            Selain itu Prof. Drs. M. Ramlan membagi makna afiks kan- ke dalam empat kelompok, salah satunya yang mempunyai arti menyebabkan. Dalam salah satu contohnya beliau mengambil kata ‘menguruskan’ yang mempunyai kata dasar ‘kurus’. Kami tidak setuju dengan contoh yang satu ini, karena setelah kami telusuri di KBBI kata menguruskan mempunyai kata dasar ‘urus’ yang berati merawat. Dari sana bisa dibedakan, bahwa pada awal dijelaskan kata tersebut bermakna kata sifat tetapi tidak berlaku untuk kata ‘menguruskan’ (Halaman 145-146)
Dalam segi pembagiannya Prof. Dr. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd. membagi prefiks ke dalam dua golongan yaitu:
1.      Prefiks asli bahasa Indonesia
a.       Prefiks meN-
b.      Prefiks peN-
c.       Prefiks ber-
d.      Prefiks ter- dan di-
e.       Prefiks per-
f.       Prefiks ke-
g.      Prefiks se-

2.      Prefiks serapan
a.       Pra     : ‘yang mendahului’ atau ‘sebelumnya’
b.      Tuna   : ‘tidak sempurna’ atau ‘kurang’
c.       Pramu : ‘petugas’ analoginya dari ‘pramugarai’
d.      Maha  : ‘besar’
e.       Non    : ‘tidak’
f.       Swa    : ‘sendiri’
Di sini yang jadi permasalahan, mengapa afiks Para- tidak dicantumkan ke dalam prefiks serapan ? Sedangkan  maknanya sendiri mempunyai arti yang sama dari kedua penulis ini, Maha- berarti ‘besar’. Sedangkan menurut Prof. Drs. M. Ramlan afiks Para- selalu melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata nominal insani. Maknanya hanya satu, ialah menyatakan makna ‘banyak’. Pada afiks Maha- umumnya terdapat pada kata-kata yang menyatakan sifat Alloh (Halaman 140)

         

4.      KESIMPULAN

            Ragam pembentukan bahasa Indonesia sangat banyak, seperti  dari proses pembubuhan afiks yang dapat memberikan makna baru dari kata dasar. Begitupun dari hasil analisis kelompok kami bisa disimpulkan bahwa secara keseluruhan, kedua penulis mempunyai kesamaan dalam penyajian afiks dan maknanya.




DAFTAR PUSTAKA
Ramlan, M. (1987). Morfologi Suatu Tinjuan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.
Putrayasa, Ida Bagus.(2008). Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional).     Bandung: Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar